Apa Benar Investasi Properti merupakan Overrated Investment?

Tanamtumbuh Media
2 min readOct 30, 2020

--

emeraldpublishing.com

Banyak orang yang percaya bahwa investasi properti merupakan hal yang menguntungkan. Karena investasi ini dianggap nilainya akan terus naik. Tapi, ada beberapa hal dibalik investasi properti yang jarang orang bahas.

Beberapa waktu lalu ada warganet yang bernama akun Twitter @laywookcom memberikan sejumlah fakta investasi properti. Pembahasan ini berbentuk sebuah utas di Twitter.

twitter.com/laywookcom

Dalam utasnya pada awalnya @laywookcom menyetujui bahwa properti adalah salah satu investasi yang paling diinginkan oleh hampir semua orang. Pasalnya, nilainya yang solid dan telah dilakukan oleh sejumlah investor besar.

Namun semakin hari, nilai properti semakin mahal sedangkan orang yang menginginkannya semakin banyak. Bahkan, sebagian orang memiliki obsesi tersendiri untuk berburu investasi properti sampai harus meminjam uang.

twitter.com/laywookcom

@laywookcom menjelaskan jika faktor pertama yang membuat banyak orang berburu properti adalah faktor media, mulai dari iklan, film, hingga sinetron yang menggambarkan orang sukses dan kaya dengan punya rumah yang bagus dan mewah.

Sedangkan sejumlah investasi lain seperti saham digambarkan oleh media sebagai investasi yang serius dan berisiko tinggi.

Ada beberapa alasan saham lebih baik, alasan pertama keuntungan atau capital gain yang didapat dari investasi saham cenderung lebih tinggi daripada investasi properti. Data index LQ45 (saham terbaik di IHSG) dapat memberikan keuntungan rata-rata 25 persen setiap tahunnya dalam 10 tahun. Sedangkan harga rumah hanya sekitar 8 persen per tahun.

twitter.com/laywookcom

Alasan ke dua, properti butuh biaya operasional yang besar. List biaya tambahan ketika kita mau punya rumah: Biaya closing saat beli rumah (2–5%), Pajak Pengalihan Hak Kepemilikan dan PBB (~0.5–1%), Maintenance cost (~1%), Asuransi.

Selain itu ada juga biaya ketika rumah tidak ada yang menempati (Vacancy cost) hingga memberikan jasa 10–20 persen dari keuntungan sewa jika dikelola oleh properti management. Belum lagi bunga dari KPR.

Sedangkan jika investasi di reksadana index/ETF, biaya yang harus dikeluarkan hanya rata-rata 2 persen per tahun untuk biaya manajemen.

twitter.com/laywookcom

Yang ketiga, properti kurang likuid, dan kita tidak bisa tau nilainya berapa. Jika memang menggunakan harga rumah sekitar, harganya bisa berbeda jauh karena spesifikasi bangunannya berbeda. Selain itu, jika sedang sangat membutuhkan uang, maka butuh waktu lama untuk mendapatkan pembelinya.

Sedangkan harga saham diupdate secara real time. Sedangkan jika ingin menjual saham atau reksadana, waktunya juga sangat singkat.

Investasi properti berarti tidak bisa melakukan diversifikasi artinya menempatkan seluruh biaya investasi pada satu instrumen saja.

Selain itu ada juga biaya iklan rumah untuk disewa, menagih penyewa, mencari orang untuk merawat rumah, hingga pajak. Sedangkan reksadana index/ETF hanya perlu uang dan duduk dengan tenang.

Investasi properti memang solid tetapi bukan likuid. Jika butuh uang, bukannya menjual aset tetapi malah lari ke pinjaman online karena gengsi.

twitter.com/laywookcom

Terakhir, akun @laywookcom menegaskan bahwa untuk berhenti membanggakan investasi di properti karena tidak semua orang cocok dan juga memiliki risiko yang juga besar.

--

--

Tanamtumbuh Media
Tanamtumbuh Media

Written by Tanamtumbuh Media

Sebuah Publikasi Seni & Desain Secara Massal.

No responses yet