Baby Boomers VS Millennial
Akhir-akhir ini, mungkin kamu pernah melihat orang-orang di dunia maya yang menyebut diri mereka atau orang lain dengan sebutan milenial, boomer, alpha, atau bahkan generasi Z. Di antara banyak generasi, generasi baby boomers dan generasi milenial sering diperbandingkan.
Baby Boomers adalah sebutan bagi orang-orang yang lahir pada tahun 1943 hingga 1963. Istilah baby boomers mencerminkan tingginya angka kelahiran yang terjadi di periode tersebut. Generasi ini sering dikaitkan sebagai generasi dengan hak istimewa, karena banyak yang tumbuh selama periode peningkatan kemakmuran, sebagian karena subsidi pemerintah pasca-perang yang meluas dalam perumahan dan pendidikan.
Generasi ini terdiri dari orang-orang yang lahir pada tahun 1981 hingga 1996. Generasi Millenial kadang-kadang disebut sebagai “echo boomers” karena adanya lonjakan besar dalam tingkat kelahiran pada 1980-an dan 1990-an. Generasi ini lahir di masa dunia mengalami perubahan besar-besaran. Perkembangan teknologi informasi yang pesat hadir di saat generasi ini lahir dan dibesarkan.
Kedua generasi memiliki “medan pertempuran” di hampir semua sendi kehidupan. Baik di rumah, antara orang tua dan anak, maupun di kantor, antara bos dan pegawai.
Dalam bekerja
Baby boomers dinilai memiliki loyalitas dan dedikasi tinggi pada pekerjaan. Penyebabnya karena para baby boomers berpendapat bila hidup adalah untuk bekerja, begitu juga sebaliknya. Maka tidak mengherankan bila uang dan pengakuan atas jabatan adalah target kehidupan yang merupakan gengsi prestisius.
Namun hal tersebut berdampak pada sikap anti-kritik, meski nyatanya berupa saran untuk kemajuan bersama. Terlebih para baby boomers dinilai sangat disiplin. Bahkan meski tidak ada pekerjaan, mereka tetap berada di kantor hingga jam pulang menjelang.
Tentu hal tersebut teramat bertolak belakang dengan pola pikir para milenial yang memiliki keseimbangan antara gairah gaya hidup dan pekerjaan. Maka tidak heran bila milenial cenderung mencari pekerjaan yang dapat menunjang gaya hidup dan sesuai dengan keinginan. Jika tidak, maka berhenti dari pekerjaan adalah sebuah pilihan terbaik.
Dalam sosial
Adat istiadat masih dipegang teguh dan bahasa pergaulan belum berkembang pesat. Ujung-ujungnya hal itu membikin para baby boomers cenderung kolot, namun sangat matang dalam pengambilan keputusan. Baby boomers begitu tertutup dan tidak menyukai perubahan dan perbedaan. Bahkan mereka cenderung apatis dan enggan peduli dengan kehidupan sekitar.
Berbeda dengan milenial, yang meski terkesan individual, namun jauh lebih progresif dan terbuka perihal isu sosial. Meskipun kehidupan sosialnya terhampat oleh kemudahan teknologi. Selain itu, milenial dikenal sangat mudah beradaptasi dan peduli terhadap sesama, namun mudah bosan.
Dalam teknologi
Kemudahan akan fasilitas berbasis komputerisasi yang ditawarkan internet membuat milenial mudah mendapatkan informasi secara cepat. Sehingga pola pikir dan karakter mereka penuh dengan ide visioner dan inovatif.
Penguasaan teknologi adalah kuncinya. Namun hal tersebut bertolak belakang dengan para baby boomers yang cenderung tidak melek teknologi. Ini menghadirkan gap, terutama dalam proses pembelajaran dan pekerjaan. Patut disadari bahwa aspek teknologi menjadi landasan utama perbedaan di antara keduanya.
Dalam pernikahan
Baby boomers masih percaya pada kehidupan yang manual dan sistematis. Sehingga dengan memiliki modal pekerjaan sudah cukup menjadi alasan kuat untuk segera bergegas menikah. Maka tidak heran bila usia rata-rata menikah para baby boomers berada pada rentan 22 hingga 28 tahun.
Namun, patut disadari bila setiap generasi memiliki kebutuhan dan kebahagiaan yang berbeda. Pasalnya milenial berpikir bila menikah bukanlah sekedar finansial, namun juga soal rasa dan logika. Tidak heran, karena para milenial lebih berpikir bebas dan efektif. Sehingga usia rata-rata menikah generasi milenial berada pada angka 25 hingga 32 tahun.