“Behind The Eye” Pameran Tunggal Khadir Supartini di Taman Budaya Yogyakarta
Di antara persoalan personal dan pertemuan berjarak dari kejadian sosial, budaya, praktik sehari-hari, serta moralitas manusia.
Telah mendapatkan “IndoFest Art Award” Nexus Multicultural Art Australia tahun 2014, Khadir Supartini seniman kontemporer asal Sleman, Yogyakarta, menuangkan energi jiwa alam bawah sadarnya ke berbagai macam karya mulai dari lukisan, patung hingga instalasi. Karyanya mengeksplorasi aspek personal dalam bentuk lingkup perubahan momentum pada waktu singkat dan menjelaskan hakikat perkembangan kepribadian (psikodinamika) dikemas dengan seni kontemporer.
“Behind The Eye”, terinspirasi dari salah satu judul karya Khadir. Dalam proses perjalanan, pameran ini ditemani Aminudin TH Siregar sebagai selektor pengkaryaan turut mendampingi sang seniman untuk menyampaikan ide dan proses yang ingin disampaikan. Seperti pada pemaparan Aminudin TH Siregar, pameran ini ingin menunjukkan suatu “keberpihakan” Khadir pada narasi kecil serta hal-hal dengan persepsi abnormal, tabu, menyimpang. Seni menurut Khadir dapat mengasah selera-selera estetik seseorang ke suatu ruang asing tapi menyenangkan.
Karya Khadir banyak terinspirasi dari banyaknya kejadian sosial menyentuh hati yang kerap ditemui baik melalui media pemberitaan atau disaksikan oleh mata sendiri. Kekerasan dalam kemiskinan masyarakat sering menjadi sebuah ketegangan saat proses berkarya. Begitu pula dengan sifat hedonisme, sangat kontradiktif dengannya. Lukisan Behind The Eye misalnya, terinspirasi dari sebuah peristiwa mengerikan Khadir saat mengembara di negeri Timur Tengah yaitu hukuman mati kepada manusia atas nama agama.
Pada lukisan-lukisannya terlihat imaji kepala-kepala terpenggal tersebar bertaut dengan konteks-konteks lain. Adanya serial ini, Khadir ingin mengkonseptualisasikan bagaimana kekuasaan secara vertikal, dari atas ke bawah, menyelenggarakan tontonan mengguncang nalar. Pengalaman di Timur Tengah membangun renungan Khadir tentang peran kekuasaan sebagai pengganti Tuhan di dunia. Di luar itu, hukuman pemancungan kepala merupakan representasi tentang sarana untuk mendelegitimasi tatanan sosial lama sekaligus mengedepankan superioritas moral kelas yang berkuasa untuk membenarkan hak politik mereka.
Objek, garis, warna saling tumpang tindih dengan komposisi acak tidak beraturan, terkadang Khadir dapatkan dari ekspresi terhadap letupan energi dan spirit alam bawah sadar tanpa direncanakan. Tak hanya itu, pemikiran ‘binal’, film juga musik menjadi teman sekaligus sebagai sumber ide ketika Khadir menggoreskan kuas.
Setiap karya dicirikan bukan hanya dari gaya berseni. Tetapi, tersimpan makna mendalam di baliknya. Baik persoalan pribadi maupun persoalan kemanusiaan secara umum menjadi tema dalam Khadir Supartini berkarya. Ekspresi spirit pun emosi akan menyentuh hati dan melibatkan perasaan para pengunjung yang melihatnya.
25 Juni — 4 Juli 2023 bertempat di Taman Budaya Yogyakarta, Khadir kembali menyelenggarakan pameran tunggalnya setelah terakhir kali menggelar pameran “Identitas yang Hidup” di Museum Dan Tanah Liat (MDTL) Yogyakarta tahun 2021. Ibu Mona Liem (Artpreneur dan Kurator) membuka pameran tunggal Khadir Supartini. Penampilan dari Tanah & Friends, Roy Jeconiah ft Toto Tewel, FeelGood, Garuda Samsara ikut memeriahkan sesi pembukaan. Pameran dibuka untuk umum tanpa reservasi dan tidak diperlukan biaya masuk (gratis). Informasi lebih lanjut mengenai Solo Exhibition “Behind The Eye” dapat dilihat melalui media sosial Instagram/Facebook @museumdantanahliat atau akun Instagram @Khadirsupartini.