Cita-Cita Menuju Tubaba #pulangkemasadepan
Kabupaten Tulang Bawang Barat berada di utara Provinsi Lampung, berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Selatan, dan berada di antara Kota Bandar Lampung dan Palembang. Ibukotanya adalah Panaragan, dan disini ikon pertama Tubaba, Islamic Centre, berada.
Menurut cerita lisan turun-temurun, ribuan tahun lalu di wilayah ini hidup peradaban bernama Nughik. Pasca letusan Krakatau purba. Nughik diduga runtuh dan munculah Kerajaan Tulang Bawang. Tulang Bawang Barat terkini jauh lebih modern namun tidak menghilangkan sebuah situasi yang dijaga oleh para pendahulu mereka.
Lebih dari sekedar singkatan, Tubaba adalah gagasan akan masa depan Kabupaten Tulang Bawang Barat yang maju. ‘Maju’ di Indonesia saat ini adalah mengubah desa menjadi kota. Membuka hutan dan ladang menjadi klaster perumahan, ruko-ruko, mall, dan jalan dengan mobil-mobil yang berseliweran. Tubaba adalah semangat mendobrak paradigma tersebut.
Kesenianlah yang dipilih sebagai alat pendobrak dan pengembang sumber daya manusia di Tulang Bawang Barat. Oktober 2015, Tulang Bawang Barat hanyalah sebuah kota yang dikesampingkan bahkan oleh warga Lampung sendiri, tidak dilalui trans Sumatera, dan ditinggalkan penduduknya untuk bekerja di daerah lain.
Keresahan itulah yang membuat Tubaba bertransformasi seperti sekarang ini. Berdiri kelas-kelas seni seperti teater, musik, tari, dan seni rupa yang belakangan dikenal dengan nama Sekolah Seni Tubaba. Sebuah pendidikan nonformal untuk satu tingkatan kota meskipun mempelajari seni namun sekolah ini tidak pernah memaksa muridnya untuk menjadi seorang seniman.
Tidak seperti kebanyakan sekolah yang memungut biaya bulanan dari muridnya, sekolah seni Tubaba menggratiskan seluruh biaya kegiatan belajar mengajar. Justru memberikan ruang kreatif bagi para siswa diakhir pendidikan mereka untuk menciptakan sebuah pagelaran sesuai dengan bidang yang telah mereka pelajari.
Peradaban Tubaba (Huluan Nughik) merupakan masa lalu sekaligus masa depan Tubaba. Peradaban tua ini masyarakat sangat mencintai lingkungannya, mencintai sesamanya, menganut filosofi sejajar bahwa tidak ada kasta sosial. Hal ini lah yang menjadi dasar terciptanya tagar #pulangkemasadepan.
Proyek Menuju Tubaba bukanlah proyek instan dalam jangka waktu 5 atau 10 tahun kedepan. Target perubahan yang signifikan justru akan dirasakan 100 tahun kedepan terhitung sejak proyek sekolah seni dibuat tahun 2016.
Direktur Sekolah Seni Tubaba, Semi Ikra Anggara mengatakan bahwa kedepannya Sekolah Seni Tubaba harus bisa mandiri tanpa subsidi dari pemerintah daerah, semakin besar, dan merealisasikan kelas-kelas di daerah-daerah lainnya.