Eko Nugroho Kembali dengan Cut The Mountain And Let It Fly

Tanamtumbuh Media
2 min readAug 28, 2023

--

Tampak Instalasi Karya Eko Nugroho, di Pameran Cut The Mountain And Let It Fly. Foto Milik ROH

Patung berukuran 430 x 270 x 270 cm karya Eko Nugroho nampak menyambut pengunjung ROH yang datang ke pamerannya. Karya berjudul We Are Human (2023) tersebut berisikan gambaran manusia yang kini telah dipengaruhi oleh wabah, teknologi, dan ego.

Dalam pameran tunggalnya bertajuk Cut The Mountain and Let it Fly yang berlangsung 16 Juli — 13 Agustus lalu, karya-karya yang dipamerkan berbicara tentang budaya dan politik di Indonesia, sebagian besar dibuat dalam jangka waktu lima tahun terakhir.

Pria kelahiran Yogyakarta 46 tahun silam ini mencoba menyoroti keadaan manusia di tengah kemajuan teknologi yang kian pesat dan tak terkendali. Misalnya pada karya We Are Human (2023), Eko ingin mengekspresikan bahwa manusia bagai hidup dalam sebuah mesin. Setiap hari menjalani kehidupan sosial, namun merasa asing.

Terjebak dalam pikiran-pikiran masa lalu. Ia beranggapan bahwa semakin cerdas manusia maka individu tersebut semakin menemukan ego yang ada di dalam diri. Sebenarnya, ia tengah menyoroti perubahan manusia pasca pandemi yang kian merubah sejarah manusia pada abad 21. Akibat pandemi, manusia kian menentukan bagaimana cara mereka bersosial.

Tampak Instalasi Karya Eko Nugroho, di Pameran Cut The Mountain And Let It Fly. Foto Milik ROH

Tak hanya itu, karyanya juga mengkritik konteks lokal dan dilihat sebagai sindiran jenaka akan tradisi Mooi Indie atau gaya visual khas Indonesia. Tajuk Cut the Mountain and Let It Fly juga dicetak di kaos yang dikenakan seorang figur patung laki-laki Everyone Building Hope yang dibuat Eko berukuran manusia.

Pada pameran kali ini, Eko membagi pamerannya dalam beberapa bagian. Yakni, 12 patung monokromatik berwarna mencolok berada di galeri Apple yang berjudul Half Hero Stone. Karya ini mengambil berbagai figur yang diciptakan Eko sejak awal karirnya sebagai seniman. Lihatlah seksama para figur yang mengkritik kondisi sosial, politik, dan kondisi sehari-hari yang ada. Di bagian tembok, tengoklah mata-mata yang siap memandang ke-12 figur tersebut.

Berlanjut ke galeri Orange, ada We Are Human yang dibuat site-specific di tengah-tengah. Berbentuk layaknya sebuah robot berbentuk bola dengan lima kaki, simbol mata tetap ada. Di sekelilingnya, ada 6 figur manusia termasuk patung yang ada di lantai dua.

--

--

Tanamtumbuh Media
Tanamtumbuh Media

Written by Tanamtumbuh Media

Sebuah Publikasi Seni & Desain Secara Massal.

No responses yet