Media Sosial, Rumah Hantu Sekaligus Rumah Silaturahmi

Tanamtumbuh Media
3 min readSep 23, 2021

--

Sumber Kompas.com

Oleh: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz

Imbas film dokumenter The Social Dilemma, saya jadi mematikan notifikasi semua media sosial di berbagai gawai yang dimiliki. Seperti apa kata narasumber di film itu katakan, langkah paling mudah untuk terhindar dari kecanduan sistemik tersebut adalah mematikan notifikasi aplikasi jahanam tersebut.

Kalau mau dibilang parno, ya, ga parno juga. Tapi, saya juga menyalakan limit screen time aplikasi. Hadeh. Yang penting untuk menjaga agar tidak terlalu terikat dengan mereka, deh.

Satu aplikasi yang tidak saya ikut matikan notifikasinya adalah Tiktok. Bukan karena apa-apa, masalahnya notifikasi tersebut sudah lebih dulu dimatikan dibanding yang lain. Tentu alasannya karena setiap hari selalu saja ada banner yang turun dari atas gawai, memberitahu kalau ada satu pesan masuk.

Biasanya, sih, itu dari teman-teman saya yang mayoritas mengirimkan video lucu. Daripada itu banner muncul terus dan menjadi polusi visual, mending saya matikan saja. Meski demikian, bukan berarti saya tidak membukanya. Pasti saya buka, kok. Cuman nanti saja saat sudah ada waktu luang.

Bila diperhatikan kembali, inbox ramai dengan kiriman video Tiktok itu sebenarnya sebuah anugerah, loh. Selain menambah stok video lucu, bisa saja video yang dikirimkan itu tidak ada di FYP kita. Jadinya, variasi tontonan menjadi semakin beragam. .

Belum lagi kalau beda teman pasti beda model video yang dikirim. Temen A ada yang mengirim video lucu, teman B ada yang mengirim video makanan, teman C ada yang mengirim video traveling. Ada juga yang suka mengirim tiga jenis video tersebut. Pokoknya macem-macem, deh!

Hal-hal seperti ini yang akhirnya membuat saya bersyukur akan kehadiran media sosial. Hubungan dengan teman bisa tetap terjaga walau sudah lama tidak bertemu. Memang apa yang dikatakan dalam dokumenter The Social Dilemma itu betul, bahwa aplikasi seperti ini bisa menyita banyak waktu kita. Namun, jika kita bisa mengaturnya dengan baik, tentu tidak akan ada masalah yang timbul.

Saya juga masih aktif di media sosial Snapchat, dimana di situ saya hanya bermain streak. Jadi, kami hanya perlu mengirim satu atau dua foto setiap hari ke satu sama lain, lalu menjaga agar angka streaknya tidak hilang. Terdengar tidak penting, sih, tapi saya rasa ini salah satu cara agar saya bisa tetap tahu kabar terkini dari mereka.

Memang kalau lagi pandemi seperti ini, hal-hal kecil seperti menanyakan kabar ke teman itu termasuk salah satu cara untuk menunjukkan kalau kita peduli. Apa yang saya lakukan di atas, mengirim video Tiktok dan bermain streak di Snapchat, merupakan salah satu usaha saya untuk bisa menunjukkan kepedulian tersebut.

Kadang, kan, mereka mengirimkan foto sedang nugas, kerja, rapat, atau lainnya. Nanti akan saya balas dengan semangat, balas dengan menanyakan kabar, dan lainnya.

***

Penting untuk para pengguna media sosial bisa tetap mengatur penggunaannya. Jangan sampai berlebihan karena semua yang berlebih past tidak baik.

Jangan malah menjadikan media sosial sebagai sesuatu yang menakutkan seperti rumah hantu, tapi jadikan sebagai wadah untuk kita menjaga hubungan agar bisa menjadi rumah silaturahmi.

--

--

Tanamtumbuh Media
Tanamtumbuh Media

Written by Tanamtumbuh Media

Sebuah Publikasi Seni & Desain Secara Massal.

No responses yet