Memahami Lebih Bijak tentang Self-Harm

Tanamtumbuh Media
3 min readJan 4, 2021

--

thearizonarepublik.com

Self-harm masih dianggap tabu untuk dibicarakan. Anggapan bahwa self-harm hanya aksi untuk mencari perhatian, tidak tahu rasa bersyukur terhadap hidup, atau sesuatu yang menakutkan turut menjadi alasan. Padahal, self-harm merupakan bentuk ekspresi seseorang, yang merasa bingung pada keadaan.

Memahami Self-Harm

Self-harm adalah pilihan menyakiti diri sendiri sebagai cara untuk mengatasi, mengungkapkan, atau bertahan dari keadaan yang sangat sulit. Menyakiti diri dapat dilakukan secara fisik seperti, menyayat, mencakar, memukul, menggigit, membenturkan kepala ke dinding, atau menarik rambut.

Kebanyakan orang yang melakukan self-harm bukan untuk percobaan bunuh diri meskipun percobaan bunuh diri juga membutuhkan aksi untuk menyakiti diri sendiri. Self-harm sendiri termasuk dalam kategori nonsuicidal self-injury (NSSI).

Tidak Memahami yang Sedang Dirasakan

Dibiasakan tidak dibolehkan untuk merasakan emosi negatif, seperti sedih, sakit dan kecewa. Ketika merasakan emosi negatif itu, ia malah akan diejek, dimarahi. Pernyataan misalnya, “ayo harus kuat, masa kayak gitu aja udah sakit.”

Tanpa disadari, ajaran seperti itu membuat seseorang menjadi tidak terbiasa untuk mengeluarkan emosi, terutama emosi negatif ketika hal buruk terjadi. Ia tidak terbiasa merasakan secara emosional dan tidak memahami pula apa yang sedang dirasakanya. Dengan begitu, ia membiarkan fisik yang merasakan dimana rasa sakit dari fisik itu pun terasa nyata bagi dirinya.

Sulit Mengekspresikan Emosi

Tidak semua orang dapat mengenali dan mengekspresikan emosi. Tidak semua orang terbiasa untuk memahami emosi yang sedang dirasakan dan membiarkannya berlalu begitu saja. Akhirnya, ketika tiba di suatu kondisi yang sangat sulit dan berat untuk dilewati, self-harm menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan emosi yang sedang dirasakan.

Pengaruh Pandangan terhadap Diri

Seseorang yang merasa rendah diri (self-esteem rendah) atau membenci dirinya sendiri melihat self-harm sebagai pengalihan atas emosi yang dirasakan, seperti marah, benci, jijik, sepi dan tertekan. Ketika ia menyakiti diri sendiri, maka akan merasa lebih lega karena telah mengalihkan emosi-emosi tersebut pada sakit fisik yang dirasakan.

Membantu untuk Fokus Kembali

Seseorang yang mengalami trauma atau pengalaman pahit lainnya bisa teringat kembali pada masa menyakitkan itu tanpa disadari. Teringat kembali pada masa lalu itu pun bukan sesuatu yang bisa dikontrol karena dapat terjadi kapan saja. Demi bisa kembali fokus pada situasi saat ini, self-harm pun dilakukan. Dengan menyakiti diri, seseorang seolah-olah dipaksa untuk kembali sadar pada masa sekarang dan kembali pada kendali diri dengan membebaskannya dari kilas balik pengalaman pahitnya.

Pain Offset Relief

Pain offset relief menjelaskan, pada umunya setiap orang memberikan respons yang tidak menyenangkan terhadap rangsang yang menyakitkan. Namun ternyata, setelah menerima rangsang yang menyakitkan tersebut, dapat membuat seseorang merasa senang/bahagia dalam waktu singkat.

Menghukum Diri Sendiri

Sebagian orang melakukan self-harm sebagai bentuk menghukum diri sendiri. Mereka meyakini bahwa mereka telah melakukan kesalahan (bahkan mungkin kesalahan itu belum dilakukan) dan merasa mereka pantas untuk menderita.

Beberapa alasan yang melatarbelakangi self-harm, mengingatkan kita untuk tidak mudah menilai seseorang yang telah melakukannya. Menilai dengan melihatnya sebagai perilaku yang salah, memberi cap sebagai pencari perhatian, mencemooh, atau malah menjauhinya.

--

--

Tanamtumbuh Media
Tanamtumbuh Media

Written by Tanamtumbuh Media

Sebuah Publikasi Seni & Desain Secara Massal.

No responses yet