Memaknai Hujan di Tengah Kegelapan

Tanamtumbuh Media
3 min readSep 16, 2021

--

Sumber Wallpaperaccess.com

Oleh: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz

Hujan akhirnya datang juga. Kembalinya hujan ini menjadi sesuatu yang saya tunggu-tunggu karena musim kemarau sepertinya masih akan terus menemani sampai beberapa hari kedepan. Jadi, basah-basah sedikit di jendela berhasil saya ubah menjadi kesempatan untuk lebih mensyukuri keadaan. Momen kembalinya hujan ini juga terasa lebih intim karena hujan dimulai saat hari sudah malam dan posisi sudah di tempat tidur, bersiap untuk menutup hari.

Beberapa hari terakhir ini, saya sedang mencoba membiasakan untuk tidak bermain gadget maksimal satu jam sebelum waktu tidur. Kebetulan dengan adanya hujan pada malam itu, saya jadi tidak begitu merasa kesepian karena suara derasnya yang ikut menjadi backsound tidur. Yang biasanya hanya ada suara pendingin ruangan, kali ini suara hujan juga ikut menemani.

Tidak banyak orang yang bisa langsung terlelap saat sudah selimutan. Biasanya harus ada beberapa kali merubah posisi tidur untuk mencari posisi yang enak. Saat akhirnya sudah mendapatkan yang pas, bukannya tidur, malah jadi overthinking. Hayo, ngaku. Pasti kamu juga pernah, kan, berada di posisi tersebut?

Lagi-lagi dengan suara deras yang menghujam, semua yang ada di otak seakan-akan tumpah saat itu juga. Biasanya, sih, kalau tidak masalah percintaan, ya, masalah pertemanan. Tidak jauh-jauh dari sesuatu yang berbau hubungan.

Mungkin ada yang memikirkan betapa beruntung dirinya bisa memiliki pacarnya yang sekarang. Atau malah ada yang memikirkan caranya agar bisa lepas dari pasangannya.

Kadang juga overthinking seperti ini suka datang dalam bentuk rasa syukur. Hal yang dianggap kecil pada siang hari, akan terasa berbeda jika diratapi dan disyukuri pada malam hari.

Seiring kontemplasi diri ini berjalan, makin banyak hal-hal yang akhirnya terbesit di pikiran. Saya sendiri kadang suka menyesali beberapa hal yang pernah saya lakukan. Tidak mesti sesuatu yang begitu “dalam”, namun penyesalan seperti lupa memanaskan motor saja kadang suka membuat diri ini kalut. Pemikiran seperti ini yang akhirnya terbawa sampai keesokan harinya.

Buruknya lagi, overthinking ini tidak berhenti hanya pada keesokan harinya. Namun, lanjut ke hari-hari berikutnya. Tentu bukan soal manasin motor, ya, tapi biasanya kepada hal yang bikin saya gemes sendiri. Biasanya, kalimat-kalimat pengikut seperti, “Ah, harusnya gue gak kayak gitu,” atau “Mungkin akan lebih baik kalau gue kayak gini,” akan ikut menghiasi pikiran ini.

Sesuatu yang awalnya hanya menjadi pengantar tidur, malah jadi pengantar kegelisahan. Saya, sih, tidak menyalahi diri sendiri, ya, karena pasti ini adalah sesuatu yang wajar. Banyak orang yang pernah berada di posisi ini. Buktinya, netizen di Twitter sering berguyon dengan membuat zona waktu baru, yaitu Waktu Indonesia Bagian Overthinking.

Jadi, ya, betul tidak ada yang salah jika kita meratapi penyesalan yang di malam hari. Pun sama halnya jika hal itu berlanjut hingga keesokan harinya. Yang salah itu kalau meratapinya hingga berlarut-larut. Hal ini kemudian diperparah jika ia malah menyesali sesuatu yang sudah terjadi di masa lampau itu.

Memang sesuatu yang dilakukan berlebihan itu tidak baik. Tentunya memaknai sesuatu pada malam hari hingga berlarut-larut termasuk salah satunya. Cukup dijadikan sebagai dongeng pengantar tidur dan berharap esok hari bisa berpihak pada kita.

--

--

Tanamtumbuh Media
Tanamtumbuh Media

Written by Tanamtumbuh Media

Sebuah Publikasi Seni & Desain Secara Massal.

No responses yet