Membedah Sebeneranya Apa Itu Toxic Family
Kita semua tahu bahwa sejatinya tidak ada keluarga yang sempurna, tetapi, apakah rasa cemas, marah dan tertekan yang berlangsung lama saat berinteraksi dengan anggota keluarga merupakan perasaan yang normal? Tentu tidak. Hal ini dapat menandakan bahwa seseorang berada dalam lingkungan keluarga yang toxic.
Saling Menyakiti
Toxic family adalah kondisi keluarga yang saling menyakiti dan merusak fisik, mental dan psikologis satu sama lain. Selain itu, individu yang berada dalam toxic family tidak mendapatkan dukungan yang cukup. Anggota keluarganya justru menjadi pihak yang menghambat perkembangan dirinya.
Pertanda bahwa seseorang mungkin berada dalam toxic family antara lain, anggota keluarga atau orang tua selalu mengkritik dan menyalahkan anak, memberikan tuntutan, mengontrol semua aspek kehidupan anak, memberikan ancaman, meremehkan perasaan, dan menekan emosi anggota keluarga lainnya. Seseorang yang terlibat dalam perilaku beracun jarang melihat kesalahan yang mereka lakukan, tetapi mudah menemukan kesalahan orang lain.
Penyebab Toxic Family
Berdasarkan Journal of Family Medicine and Disease Prevention, faktor yang dapat menjadi penyebab keluarga menjadi toxic adalah orang tua yang abusive, otoriter, menderita gangguan kepribadian, atau kecanduan obat-obatan terlarang. Hal-hal ini dapat mengganggu stabilitas dan ketentraman hubungan keluarga yang bersangkutan.
Adanya campur tangan dari keluarga besar merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan toxic family. Ekspektasi dan tekanan yang diberikan oleh keluarga besar dapat menambah beban pikiran anggota keluarga. Terlebih lagi jika keluarga besar yang memberikan tekanan tersebut tinggal bersama keluarga inti seseorang.
Faktor penyebab lain yang sering kali dijumpai pada keluarga di Indonesia adalah nilai keluarga, budaya, atau etnis yang dapat menimbulkan perasaan mengekang dan menekan anggota keluarga. Memang benar, nilai etnis dan budaya yang masih kental di masyarakat Indonesia harus dilestarikan, tetapi pengimplementasian nilai-nilai tersebut sebaiknya sejalan dengan kepribadian dan kebutuhan emosional anggota keluarga agar tidak menciptakan lingkungan toxic.
Mengatasi Lingkungan Toxic
Mencoba Menerima Keadaan
Teori Radical acceptance menjelaskan untuk menerima hidup apa adanya dan tidak menyangkal hal yang tidak bisa diubah (Linehan, 1993). Memang sangat susah untuk menerima suatu hal yang buruk. Namun, akan lebih susah untuk tidak menerima kenyataan.
Mencari Teman Curhat
Untuk mempunyai kesehatan mental yang baik, setiap orang membutuhkan setidaknya satu orang yang dengannya dapat menjadi “transparan” (Jourad, 1964).
Memaafkan
Memaafkan berarti memilih untuk menerima keadaan apa adanya, bukan mengharapkan outcome yang lebih baik. Memaafkan dan memberikan kesempatan kedua kepada keluarga dapat memberikan ketenangan batin.
Set Boundaries
Meskipun sudah memaafkan, ada baiknya untuk menetapkan healthy boundary. Seperti perilaku apa saja yang wajar dilakukan oleh kedua belah pihak agar tidak mengulang peristiwa yang sama. (Faubion, 2020)
Mencari Support System Baru
Dalam situasi seperti ini, seseorang sangat membutuhkan dukungan dari orang terdekatnya, baik teman maupun pasangan. Hal ini juga dapat membantu meringankan perasaan penderitaan dan kesepian. (Campbell, 2020)