Pameran Tunggal Ade Dermawan “Water Resistance” di ROH

Tanamtumbuh Media
2 min readJul 24, 2024

--

Tampak instalasi pameran Ade Darmawan “Water Resistance”, ROH, Jakarta Pusat, 2024. Foto milik ROH.

Meneliti ekstraksi kolonial Indonesia melalui distilasi dan mengkritisi politik, budaya, serta dampak mekanisasi pada alam.

ROH dengan bangga mempersembahkan “Water Resistance,” pameran tunggal seniman, kurator, dan direktur ruangrupa, Ade Darmawan. Pameran ini mengeksplorasi penelitian panjang Darmawan tentang distilasi sebagai analogi visual untuk sejarah ekstraksi kolonial di Indonesia, yang mempengaruhi perilaku kita terhadap alam dan seni saat ini.

Sebagai salah satu bentuk ekstraksi, distilasi (pemurnian zat cair) dianggap sebagai proses esensialisasi. Dalam sejarah modern Eropa, pemurnian dan esensialisasi dipandang sebagai dasar pembentukan budaya, yang diartikan sebagai pengolahan hasil alam untuk kebutuhan manusia. Instalasi Darmawan mencakup proses dan produk, yang selalu terkait dengan politik. Dengan tajam, ia menunjukkan bagaimana budaya tertentu dipaksakan pada dunia, menciptakan masalah yang kompleks. Karya-karyanya mengungkap pemikiran kolonialisme yang sering menggunakan teologi monoteis untuk membenarkan penaklukan alam dan penduduk asli.

Karya dalam pameran ini merupakan hasil penelitian yang dimulai Darmawan dua tahun lalu setelah membaca novel Pramoedya Ananta Toer, “Arus Balik.” Novel ini menggambarkan implikasi sejarah dan politik kolonialisasi serta perubahan kekuatan maritim pada abad keenam belas. Darmawan meneliti “Arus Balik” dan karakter-karakternya yang memanfaatkan hasil alam, lalu menjelajahi Tuban dan Bojonegoro, yang berperan penting dalam novel tersebut. Kota-kota ini dekat dengan Blora, tempat kelahiran Toer.

Di Galeri Apple, Darmawan menampilkan instalasi dengan peralatan laboratorium dan bahan-bahan seperti tanah, rempah-rempah (pala, kayu manis, cendana), dan tanaman (cengkeh, daun kelapa), yang diolah melalui distilasi menggunakan air alkali dari sumber air di Nusantara. Pengaturan ini menyiratkan perebutan kekuasaan dan ekstraksi sumber daya selama era kolonial Belanda dan Orde Baru Soeharto. Cairan hasil distilasi diteteskan ke atas buku-buku tentang pengelolaan lahan dan sumber daya selama Orde Baru, mengikis halaman-halaman buku seiring waktu.

“Arus Balik” merujuk pada perubahan posisi Jawa pada abad keenam belas dari aktif berlayar menjadi pasif menerima kehadiran kolonial. Namun, juga mencakup dorongan meta-geografis seperti yang dijelaskan oleh Benedict Anderson dalam “The Spectre of Comparisons.” Darmawan menciptakan gambar-gambar kolonial baru menggunakan teknologi AI, menggambarkan krisis kemanusiaan yang masuk akal namun absurd, menyoroti akibat pandangan mekanistik terhadap bumi.

Karya-karya baru dalam pameran ini membahas industrialisasi ekstraksi dan menghubungkannya dengan ketergantungan pada bahan bakar fosil, menggunakan tong minyak dan knalpot mobil. Mesin distilasi yang mengerikan ini menunjukkan produksi massal dan mekanisasi. Pabrik distilasi Darmawan menghadirkan kontras dengan instalasi elegan dari tabung alembik dan buku, menunjukkan kemungkinan sihir dan misteri dalam distilasi.

Water Resistance didampingi teks oleh Philippe Pirotte, sejarawan seni dan pendidik. Pameran terbuka untuk publik sejak 7 Juli hingga 4 Agustus 2024. Galeri tutup pada Senin, Selasa, dan Libur Nasional. Ikuti akun Instagram galeri @rohprojects atau hubungi info@rohprojects.net untuk informasi lebih lanjut tentang waktu operasional dan program publik.

--

--