Pameran Tunggal Emeraldi Paramaeswara “Modi creandi” di C ON TEMPORARY

Tanamtumbuh Media
4 min readOct 17, 2024

--

Tampak karya Emeraldi Paramaeswara Cone #3 (2024). Foto oleh Fauzi Adhika

“Modi creandi” Memadukan seni botani spekulatif dengan imajinasi dan keakuratan ilmiah untuk menciptakan bentuk tanaman yang menantang.

Emeraldi Paramaeswara (lahir 1989), yang akrab disapa Eme adalah seorang penggemar botani otodidak yang menyebut dirinya sebagai “tukang kebun.” Presentasi solonya yang pertama, “Modi creandi”, mencerminkan kesadaran mendalam terhadap kesenjangan budaya dan ekonomi antara Global Utara dan Selatan di dunia botani. Secara historis, Global Utara telah diuntungkan dari sistem patronase kolonial, dengan mendokumentasikan spesies eksotis dari wilayah-wilayah jajahan. Praktik standar seniman botani biasanya mengutamakan pengamatan langsung terhadap tanaman hidup atau herbaria (spesimen yang diawetkan) untuk akurasi ilmiah. Sebaliknya, penggambaran artistik seperti “potret tanaman” lebih merupakan representasi yang estetik, bertujuan untuk menyenangkan mata daripada memberikan informasi.

Dibatasi oleh geografi, waktu, dan akses ke sumber daya botani yang umum di Global Utara, karya Eme menjembatani kesenjangan antara kedua pendekatan ini, dengan memasuki dunia botani spekulatif, di mana bentuk-bentuk tanamannya bukan sepenuhnya konstruksi imajinatif tetapi tetap berakar pada pengetahuan ilmiah. Eme juga memfokuskan karyanya pada tanaman-tanaman asli yang tersedia di Global Selatan — spesies yang sering diabaikan oleh studi botani Barat.

Pengalamannya dalam berkebun mengarah pada ciptaannya yang disebut “Tamandama” (dari “Taman,” yang berarti kebun dalam bahasa Indonesia, dan “dama,” yang berarti bola dalam bahasa Jepang). Terinspirasi oleh kokedama, “Tamandama” menggabungkan berbagai spesies yang memiliki kondisi pertumbuhan serupa ke dalam taman berbentuk bola. Tanaman-tanaman ini, meskipun tidak tumbuh berdampingan secara alami, mencerminkan ketidakpastian alam dan logika pertumbuhan tanaman, yang digunakan Eme untuk membimbing komposisinya.

Pengalaman langsung ini dalam menyusun tanaman tiga dimensi mempertajam kesadaran spasialnya, yang diterjemahkannya ke dalam karya dua dimensi menggunakan teknik stippling. Teknik ini, menggunakan titik-titik kecil untuk menciptakan tekstur dan bentuk, berfokus pada esensi kehidupan tanaman, daripada sekadar akurasi ketat. Meskipun stippling efektif menangkap tekstur kasar, teknik ini menimbulkan tantangan saat menggambarkan permukaan halus seperti kelopak bunga atau daun lilin, karena celah yang ditinggalkan oleh titik-titik tersebut. Eme menekankan struktur di atas warna, dengan cermat mengatur kontras dan nada untuk mengkomunikasikan inti dari tanaman. Karya-karyanya, seperti seri “Vellumoid”, menggambarkan pohon-pohon imajiner berdasarkan pemahamannya tentang habitus pohon, memberinya kebebasan untuk mengeksplorasi bentuk-bentuk baru tanpa batasan dunia nyata.

Sebagai terobosan dari standar ilustrasi botani tradisional, Eme menggunakan komposisi multi-perspektif. Sebagai contoh, dalam karyanya On Palestine #2 (2024), ia menggabungkan pandangan dari atas daun Rheum palaestinum dengan pandangan frontal dari bunganya, menghadirkan beberapa perspektif dalam satu gambar yang menyatu. Pendekatan ini menantang konvensi seni botani yang memisahkan pandangan untuk kejelasan, dengan menggabungkannya menjadi satu komposisi yang kohesif.

“Modi creandi”, istilah Latin yang berarti “cara-cara mencipta” — mengeksplorasi metode kerja yang mungkin muncul melalui filter keterbatasan, baik yang dipaksakan oleh waktu, teknik, maupun sumber daya. Bagi Eme, setiap tanaman menghadirkan kendala unik, dan adaptabilitasnya dalam batas-batas tersebut mengarah pada solusi yang berbeda dari satu karya ke karya lainnya. Kompromi ini memperkuat otonomi artistiknya, memungkinkannya menawarkan bentuk representasi alternatif dan cara-cara baru dalam memahami tanaman melalui penggambaran artistik. Karya terbarunya mengundang audiens untuk terlibat dengan subjek botani dengan cara yang segar tanpa kehilangan dasar pemahaman ilmiah.

Tampak karya Emeraldi Paramaeswara Quirky #1 (2024). Foto oleh Fauzi Adhika

Emeraldi Paramaeswara (lahir 1989), yang akrab disapa Eme, adalah seorang penggemar botani otodidak yang juga menyebut dirinya sebagai “tukang kebun.” Ia lulus dari Desain Produk di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2012. Pada tahun 2014, ia mendirikan atelier berkebun, Atelir TE, di mana ia mengeksplorasi hubungan antara desain dan alam. Dalam komunitas botani, ia paling dikenal karena “Tamandama”, teknik taman berbentuk bola yang terinspirasi oleh kokedama Jepang. Metode ini mendapatkan perhatian internasional ketika ahli etnobotani Inggris James Wong menampilkan teknik ini dalam serinya tentang “teknik pertumbuhan yang tidak terduga” pada tahun 2021.

Praktik studionya meluas ke dalam botani spekulatif, sebuah pendekatan artistik di mana representasi tanamannya menggabungkan akurasi ilmiah dengan konstruksi imajinatif. Melalui metode ini, ia menciptakan bentuk-bentuk botani yang diinformasikan oleh struktur tanaman nyata tetapi mendorong batas-batas ilustrasi botani konvensional. Karyanya mencakup taman tiga dimensi dan stippling dua dimensi di atas kertas dan kulit domba, di mana ia menggunakan titik-titik halus untuk menangkap detail tanaman yang rumit.

Dalam beberapa tahun terakhir, Eme aktif berpartisipasi dalam pameran seni baik di dalam negeri maupun internasional, antara lain Ragam Flora Indonesia NuArt Sculpture Park, Bandung, 2023), TABA Plantae Documentary 2024 (Taichung, Taiwan, 2024), Plantae 2024 dengan The Society of Botanical Artists (online, UK, 2024) dan Margaret Flockton Award di Sydney, Australia (2024).

--

--

Tanamtumbuh Media
Tanamtumbuh Media

Written by Tanamtumbuh Media

Sebuah Publikasi Seni & Desain Secara Massal.

No responses yet