Pesona Dibalik Batik Bakaran Khas Pati Juwana
Oleh: Ayu Juanda Putri
Tidak akan ada habisnya membicarakan tentang kain batik. Jika dikulik, ternyata masih banyak tentang batik nusantara yang belum diketahui. Katakan mulai dari makna ukiran yang tergambar di atas kain, alasan menggunakan cairan warna, sampai penamaan kain batik itu sendiri. Layaknya seni yang lain, membatik pun ada alasan dasarnya.
Saat mendengar untuk pertama kali nya tentang batik Bakaran, mungkin yang terbesit dalam pikiran adalah proses pembuatannya dengan cara dibakar, pengukirannya dengan api, atau dipanaskan dalam tungku yang berapi juga. Namun prasangka itu keliru. Bakaran diambil dari nama daerah di Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Pati wilayah Juwana.
Selain penamaan unik yang diambil dari wilayah Pati, batik Bakaran juga merupakan batik khas Pati yang merupakan seni turun menurun yang dibawa dari keluarga Nyi Banowati pada abad ke — 14. Sebagai pelopor batik Bakaran di zamannya, Nyi Banowati akrab disapa dengan nama Nyi Bakaran.
Jika diamati, setiap wilayah pembuat batik diyakini memiliki coraknya sendiri. Khas motif yang digunakan batik Bakaran berangkat dari kekayaan lokal Pati yang sekaligus menceritakan keberadaan kerajaan Pati saat itu. Beberapa motif yang digunakan batik Bakaran sebagai representasi kerajaan Pati dan kekayaan lokalnya seperti Kuluk Kanigoro, Keris Rambut Pinutung, dan Genuk Kemiri. Masih ada ragam motif lainnya lagi seperti motif Kawung, Rawan, Sido Mukti dan Blabak. Tidak lepas dari rangkaian motif semata, misalnya batik dengan motif Kawung diartikan sesuatu yang suci, umur yang panjang, dan seperti lotus yang merekah. Sama halnya dengan motif yang lain memiliki cerita dibalik ukirannya.
Tadinya juga sempat menganggap kalau penggunaan warna batik Bakaran cenderung kepada warna bekas bakaran api seperti hitam dan coklat. Namun benar adanya, perpaduan warna dasar seperti putih, hitam, coklat adalah warna yang mencolok untuk batik Bakaran. Pembuatan batik yang masih mengandalkan kelihaian jemari pembuatnya ini, arti warna yang ingin disampaikan terutama kepada pemakainya yaitu tegas, kesederhanaan, dan apa adanya.
Batik Bakaran tidak lagi menjadi karya paten milik keluarga Nyi Banowati atau Nyi Bakaran yang tadinya dikembangkan secara turun menurun oleh keluarganya. Karya rintisannya telah ditiru oleh orang yang bekerja dengannya sehingga perkembangan batik Bakaran sudah menjadi kerajinan umum. Berkembangnya batik Bakaran sejalan dengan warna yang kini lebih beragam digunakan.
Era sekarang ini tidak mengherankan jika khalayak cukup tertarik melihat batik yang ukiran cantik dan warna yang cerah dibandingkan warna monoton yang dipakai sejak dahulu. Jika melihat konsep tradisional batik dahulu, batik tidak hanya sekedar kain untuk kebutuhan berpakaian saja, melainkan memberikan cerita kepada siapa yang memakainya.