Produk Lokal Yang Masih Tersamarkan Akan Popularitas Produk Asing
Oleh: Ayu Juanda Putri
Minat masyarakat Indonesia dalam menggunakan produk luar negeri dikatakan masih tinggi dan memungkinkan interest nya akan bertambah sewaktu — waktu. Yang sangat bisa untuk dilihat secara seksama yaitu dalam produk fashion : sepatu, tas, celana, kemeja, topi, dan aksesori lainnya yang sekiranya bisa dikenakan.
Terbukanya koneksi secara universal, membuka jalan untuk mengenal dan mengetahui keberadaan wilayah lain dalam berbagai aspek salah satunya bidang fashion yang rutin di konsumsi oleh khalayak saat menikmati tayangan hiburan para aktor dan aktris idolanya. Terkesan sangat modis saat dikenakan idolanya, tidak jarang para fans pun mengulik apa yang dikenakannya. Mungkin ada yang masih di batas ‘ingin tahu saja’ dan ada pula yang sudah sampai tahap ingin bertransaksi mendapat produk tersebut. Diluar parade fashion yang diselenggarakan resmi oleh brand ternama terkait sebagai promosi produknya.
Bisa dikatakan menarik bukan? Karena mereka termasuk konsumen yang mengikuti trend serta update tentang produk rilisan terbaru sebuah brand internasional. Mendapat sanjungan dan timbul kebanggaan tersendiri disaat mampu memiliki new product yang juga price nya terbilang cukup besar. Suatu kelangkaan karena tentunya tertuju pada kalangan tertentu saja.
Tak dapat dipungkiri, produk yang sudah berlabel internasional dan di pasarkan secara global tentunya memiliki nilai yang lebih mungkin seperti tingginya kualitas barang, desain yang sangat menarik, harga yang masuk pasar. Alhasil mengeluarkan biaya dirasa worth it terhadap produk yang ditawarkan.
Dilansir dari cnbcindonesia.com kalau 60% orang Indonesia pilih beli produk asing ketimbang lokal. Ketua Indonesia Fashion Chamber (IFC), Ali Charisma mengakui keberadaan brand dalam negeri masih kalah bersaing. Dituturnya brand lokal sudah mempunyai segi tren dan keunikannya sendiri. Lantas bukankah hal itu sudah menjadi nilai menarik minat khalayak? Ali juga mengatakan walaupun sudah memiliki keunikannya sendiri, dari sisi industri negara ibu pertiwi masih tertinggal.
Orang Indonesia cenderung menjadi followers bukan? Layaknya dimana ada gula disitulah mereka berkumpul. Kembali lagi mengikuti trend itu luar biasa keren, namun lain halnya kalau hanya ikut ramai saja. Kedua hal itu berbeda ya.
Pada akhirnya inikah yang membuat para pengusaha brand lokal perlu waktu berjalan yang lebih banyak menyusul kemampuan untuk bersaing dan dapat menumbuhkan benih tertarik akan produk lokal dengan ciri khasnya kepada khalayak?
Teruntuk para pengusaha baru dan yang sudah berjalan dengan ciri khas orisinilnya, terima kasih sudah melangkah sedikit demi sedikit di jalan yang kalian bangun. Diyakini kalian pun menyadari fenomena brand lokal kalah bersaing dengan brand asing namun kalian tetap menjalaninya. Entah sampai kapan kalian bertahan, namun terlebih terima kasih sempat hadir. Semangat berkarya!