Prokrastinasi Sejatinya Bukan Perilaku Bawaan
Oleh: Ayu Juanda Putri
Work from home atau bekerja dari rumah memang nikmat karena tidak lelah di perjalanan, lebih irit, dan juga lebih santai. Namun seiring berjalannya waktu dan banyak yang sudah merasakan serta melewati itu, menyadari ada enak dan tidak enaknya. Ada yang pernah menjadi prokrastinator selama pandemi terlebih yang menjalani work from home?
Prokrastinasi adalah kecenderungan seseorang untuk menunda aktivitas dan pekerjaan dalam hal memulai, melakukan, dan mengakhiri. Jika dibedah, prokrastinasi terbagi dalam dua kata, yaitu “pro” dan “crastinus”. Kata “pro” artinya maju atau forward dan kata “crastinus” artinya besok atau esok. Jika diartikan, prokrastinasi adalah lakukan besok. Sedangkan prokrastinator adalah sebutan bagi penunda.
Tidak semua penundaan termasuk prokrastinasi, namun memang identik dengan penundaan. Dalam keadaan tertentu yang bisa secara tiba — tiba mengharuskan seseorang untuk menunda suatu kegiatan dan pekerjaannya. Misalnya, menunda menyelesaikan tugas karena kondisi sakit. Menjadi prokrastinasi apabila tidak memanfaatkan waktu dengan memprioritaskan hal lain yang bisa berupa kesenangan selagi ada kepentingan.
Tidak menutup kemungkinan pekerjaan yang sudah direncanakan akan tertunda karena ada pemikiran masih bisa dilakukan besok atau ada hal yang lebih menarik dan menyenangkan. Alhasil pekerjaan yang seharusnya bisa selesai lebih awal dan maksimal harus dikerjakan dengan waktu yang sedikit dan jadi apa adanya yang penting selesai. Pernah melewati fase itu, berarti pernah merasakan menjadi prokrastinator.
Mampu menunda sesuatu termasuk perilaku yang dilakukan secara sadar. Karena dalam prosesnya seseorang aktif untuk berpikir untuk memilih diantara beberapa pilihan. Seseorang menyadari saat menunda dan juga sadar kalau itu tidak baik. Jadi, perilaku prokastinasi atau menunda bukan berasal dari alam bawah sadar.
Menurut Dr. Joseph Ferrari seorang psikolog yang fokus dengan penelitian prokrastinasi, ada alasan kenapa seseorang jadi suka menunda. Sudah menjadi gaya hidup, artinya kebiasaan menunda tidak hanya tentang pekerjaan melainkan mencakup aspek kehidupan. Misalnya, membayar tagihan internet/listrik bisa kena denda alhasil menjadi lebih mahal atau diputuskan oleh petugas. Sama seperti menunggu jatuh tempo baru membayar.
Kembali lagi, kebiasaan menunda dilakukan secara sadar dan aktif oleh seseorang sampai bisa menjadi gaya hidup. Lantas apakah bisa dirubah? Prokrastinasi bukan kodrat manusia, bukan perilaku bawaan dari lahir dan tidak mutlak. Kalau kata pepatah “Ada masalah pasti ada solusinya”.
Merubah kebiasaan menunda dan berlatih untuk bisa berkomitmen membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Mulai dengan mengubah pola berpikir, biasanya prokrastinator berfikir “kalau bisa dilakukan besok kenapa harus sekarang?”. Bandingkan dengan yang berfikir manfaat yang bisa didapat, seperti “kalau dikerjakan sekarang maka bisa dikumpulkan lebih cepat, jadi mempunyai waktu senggang untuk istirahat atau mengerjakan rencana yang lain dan tidak kewalahan”.