ROH Tampilkan Dwipameran Tunggal ‘Ziggurat’ Agus Suwage dan ‘Sadar’ Nadya Jiwa
Perpaduan Monumental Ego dan Narasi Keseharian dalam Seni Kontemporer yang Memukau di ROH.
‘Ziggurat’ milik Agus Suwage dan ‘Sadar’ milik Nadya Jiwa dipamerkan kepada publik di ROH Galeri, Menteng, Jakarta Pusat. Pada Ziggurat, Agus Suwage menampilkan Monumen Ego sebagai landasan pameran; sebuah instalasi patung monolitik setinggi 5,5 meter yang dibangun melalui konstruksi balok-balok panel seng, yang kerap digunakan pada karya-karya sebelumnya.
Pada bagian atas Monumen Ego itu terdapat semacam emulsi emas. Emas tersebut digunakan Suwage sebagai simbol yang “agung”, atau setidaknya ornamentasi pada suatu hal tertentu yang ingin ditonjolkan oleh seniman. Sang Perupa juga melihat emas sebagai perwujudan “api, atau luka”. Simbol emas ini juga sebagai satu cara Agus Suwage menyampaikan kepada khalayak untuk memahami pigmen emas yang menetes di permukaan atas instalasi sebagai darah yang menetes.
Meskipun dalam beberapa karya sebelumnya Agus Suwage menggunakan pigmen emas sebagai simbol keangkuhan dan kebanggan yang harus dihindari, karya-karya di atas kertas yang mengandung sari tembakau dan lembaran emas tampaknya memeprtimbangkan gagasan tentang emas dengan cara yang berbeda.
Rangkaian komposisi yang tampil di pameran ini berupa gradasi, garis-garis, dan kontras dengan kilauan lembaran emas guna menciptakan penataan citra yang tidak biasa sekaligus menerangkan dalam hal perenungannya pada meditasi dan transendensi, serta referensi pada sosok sejarah seni yang erat memengaruhi kekaryaan Suwage sendiri. Kehadiran emas menjadi simbol toleransi untuk menunjukkan dukungan sang Perupa terhadap feminisme.
Sementara ‘Sadar’, ROH telah mengumpulkan sejumlah lukisan karya Nadya Jiwa beberapa tahun terakhir yang mengandung pertimbangan tematik dan estetika tertentu yang belum pernah ditampilkan secara bersamaan dalam satu presentasi. Diperjelas pada esai oleh Alia Swastika, judul ‘Sadar’ menjadi pemantik untuk melihat bagaimana praktik berkesenian adalah proses yang kompleks terkait dengan kesadaran dan persepsi atas realitas; bagaimana Nadya mengolah apa yang tampak dan tak tampak, dan hal-hal yang acap berada di luar bahasa.
Nadya Jiwa adalah bagian dari generasi seniman yang mengalami langsung terpaan-terpaan visual keseharian yang sedemikian derasnya, melalui reka digital dan pertumbuhan beragam teknologi baru.Persentuhannya dengan dunia seni, yang telah berlangsung sejak belia karena ia lahir dari keluarga seniman, sejak awal telah dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan krusial tentang apa guna atau makna seni bagi masyarakat hari ini.
Nadya Jiwa mengolah persentuhannya dengan narasi keseharian dan referensinya dari budaya populer, mulai dari buku cerita masa kecilnya, lagu-lagu, film dan sebagainya. Beberapa karyanya mengambil inspirasi dari industri budaya pop, misalnya serial televisi yang cukup terkenal, sehingga ada petunjuk visual untuk memahami karyanya. Sementara beberapa karya lain justru berangkat dari narasi lokal yang berada dalam lapis mitos dan cerita nenek moyang, seperti Cipamali dan Dayang Sumbi.
‘Ziggurat’ and ‘Sadar’ sudah terbuka untuk publik sejak 22 Mei hingga 23 Juni 2024. Galeri akan tutup pada hari Senin, Selasa, dan tanggal merah. ROH berlokasi di Jl. Surabaya №66, Gondangdia, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10310