Ruang Pengetahuan dalam Pameran “Setelah yang Baur Enggan Usai”
Pameran ini mengusung tema “baur” yang dimaknai sebagai kata “campur”. Baur di sini dimaknai sebagai masyarakat yang membaur (menjadi satu) antara suku, agama, maupun dikatakan masyarakat pribumi dan keturunan. Baur di sini adalah percampuran dua (2) aspek yang berbeda menjadi satu. Namun disamping itu dalam hal pembauran terdapat konflik dan perang pro-kontra dalam hal pembauran kedua aspek, bahkan kita sebagai masyarakat yang majemuk dituntut untuk berpihak ke salah satu aspek.
Tanpa hendak menjawab sepenuhnya pertanyaan-pertanyaan provokatif di atas; Sebuah pameran seni rupa sengaja direncanakan untuk dihelat, demi merayakan era serba baru ini. Melazimi kenyataan pembauran di dalam realitas sosial hingga estetika, yang terbukti terus-menerus dinamis dan dialektis, sejak subjek hingga mediumnya. Pameran yang direncanakan ini, secara teknis akan menampakkan beberapa sampel realitas pencerapan estetis; Membaur terus-menerus di dalam trayektori tiga seniman. Semenjak mengolah gaya, medium, gagasan, hingga perjalanan fisik, psikis, dan rohaninya. Terbukti bahwa proses baur atau pembauran dalam diri para seniman ini kerap meletupkan tahap-tahap perubahan yang kemudian membedakan pada tahap sebelumnya, kalau bukan mengulang dalam perspektif atau sudut pandang yang lain.
Kehendak tiada akhir dari para seniman ini melakukan kerja pembauran estetik di dalam proses kreatif penciptaan karya; kemudian dituntut untuk memilih. Bukan hanya memilih untuk mencapai fase bentuk/gaya baru yang dianggap lebih baik; namun terdapat pula pilihan untuk bersetia pada proses yang telah dipilih dan terus menerus itu, dengan menggantungkan diri pada arah perjalanan hidup dalam jatuh dan bangun; atau malah bersetia hanya pada kemenangan semata dan menolak kalah? Ringkasnya, tidak ada kekaryaan mereka yang lepas dari konteks masa silam, dan yang sedang dihadapi maupun melingkupi-membentuknya. Apapun karyanya akan merepresentasikan keberpihakan tertentu.
Akhirnya, “keberpihakan setelah yang baur enggan usai,” (Post-Hybridity) tampaknya menjadi frasa ideologis di dalam kekaryaan tiga seniman ini. Paling tidak, sebagai tiga versi kekaryaan dari milyaran versi yang pernah ada maupun yang akan datang; Karya-karya ini menjadi demikian penting, sebagai saksi proses baur, maupun upaya melampaui pembauran itu. What is to be done?! Nantikanlah.
Tujuan Pameran Setelah yang Baur Enggan Usai :
- Menjadi ruang presentasi karya seni rupa kontemporer dan gagasan kuratorial, khususnya bagi pelaksana dan pengisi kegiatan Pameran bertajuk: “Setelah yang Baur Enggan Usai”
- Menjadi ruang pertukaran pengetahuan, selera dan bisnis, melalui perjumpaan apresiator seni, kreator seni, hingga industri dan kolektor seni.
- Sebagai ruang edukasi bagi pengunjung melalui disiplin seni rupa dan publikasi seluas- luasnya demi meraih apresiasi dan resepsi publik seni dari segala lapisan dan usia.
Pameran ini akan diadakan pada :
Waktu : 15–30 Juni 2022
Tempat : Indieart House, Jl. As-Samawaat no.99, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul.