Teater Guriang: Lapak Pertunjukan dari Para Perupa Seni di Lebak, Banten
Oleh: Ayu Juanda Putri
Suatu kebanggaan jika mengetahui masih ada insan di dalam kelompok maupun individu yang menanamkan keinginan untuk melanggengkan dan mengembangkan seni dengan melahirkan sebuah karya orisinilnya. Memilih untuk bangkit dari nol diyakini bukan perkara mudah terlebih jika sudah masuk ke dalam lubang era moderen sekarang ini.
Siapa sih yang tidak suka berbicara tentang seni? Bentuk ekspresi dari sang perupa seni yang variatif serta alot akan arti dan makna yang diimplementasikan menjadi sebuah karya yang nyata. Menyembuhkan serta memuaskan emosional yang tidak pandang usia dirasa seni mampu memberikan itu. Yang menjadi pertanyaan, dimana sih kita sebagai pengunjung dan penikmat seni dapat melihat karya — karya itu?
Ada satu tempat yang hadir sebagai penyalur karya para perupa seni lokal yang berdiri sejak 11 Desember 2012 di daerah kecamatan Warunggunung, kabupaten Lebak, Banten yaitu Teater Guriang. Tempat ini tidak hanya mengangkat penampilan seni teater saja melainkan seni lukis, seni patung, dan juga seni musik dari berbagai komunitas lain yang terlibat. Kegiatan besarnya bergerak di seni teater dikarenakan telah menjadi pemantik lahirnya wadah seni masyarakat ini.
Pertunjukkan kolaborasi seni musik, tari, dan teater pada satu panggung secara bersamaan diselenggarakan setiap 6 bulan sekali atau setahun 2 kali pertunjukkan. Alhasil Teater Guriang masih tetap buka dan berjalan hingga kini yang tentunya terbuka untuk masyarakat umum untuk berkunjung ataupun terlibat aktif dalam kegiatan workshop project yang dilaksanakan oleh sanggar setiap 4 bulan untuk meningkatkan keahlian dan juga pemberdayaan. Jadi selain mendapat kenikmatan seni lokal, para pengunjung juga bisa memetik manfaat serta silahturahmi setelah berkunjung dari Teater Gariung ini.
Ketika memasuki pintu Teater Gariung, akan tampak panggung beton bundar yang dihiasi bambu yang menjulang tinggi serta berbagai wadah rotan yang menggantung berada di tengah lahan pepohonan jati yang menjadi icon dan panggung pertunjukkan. Harmonisasi kicauan burung dan suara riak air mengalir melengkapi konsep alam yang diusung tempat seni ini. Lagi dan lagi back to nature tidak pernah membosankan. Menariknya juga disana hadir warung yang bertuliskan ‘Rangkasbitung Corner’ bagi pengunjung yang ingin menikmati secangkir kopi hitam cap kupu — kupu yang menjadi minuman khas kabupaten Lebak.
Tidak sekedar serta merta ajang memamerkan karya saja, beberapa waktu lalu tepatnya Maret 2021, Teater Guriang berhasil menyelenggarakan pameran ‘Wedang Uwuh’ yang mengangkat tema kritik kondisi alam di Banten serta turut melibatkan puluhan hasil karya perupa seni selama satu minggu mulai dari 20 Maret 2021.
Bagi yang ingin berkunjung ke Teater Gariung, tempat ini beroperasional mulai dari Senin hingga Minggu selama 24 jam. Namun sudah mengenal tempat Teater Gariung secara singkat tadi, berkunjung ketika hari senja rasanya jam yang tepat sembari menikmati suasananya yang asri.