Teman Perupa ICAD — Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie
DR. (ING.) BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE (l. Parepare, 25 Juni 1936 — w. Jakarta, 11 September 2019) adalah seorang ilmuwan, insinyur, dan politisi yang menjabat Presiden RI ke-3 dari tahun 1998 ke 1999. Habibie menuntut ilmu teknik mesin di ITB pada tahun 1954 lalu melanjutkan studi penerbangan dan dirgantara di Delft University of Technology, Belanda. Karena alasan politik, ia melanjutkan studinya di RWTH Aachen University, Jerman. Pada tahun 1965, Habibie menyelesaikan disertasinya Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe (dalam bahasa Indonesia, dapat diartikan jadi ‘Kontribusi terhadap Tegangan Thermal pada Pelat Ortotropik’) yang menjadi langkah awalnya membuat terobosan besar di dunia penerbangan.
Habibie bekerja di perusahan manufaktur pesawat Eropa, MBB. Ia ditunjuk untuk ikut menciptakan pesawat ambisius Airbus A-300B untuk menyaingi Boeing. Pada saat membangun pesawat ini, Habibie menemukan apa yang disebut Crack propagation theory. Crack propagation theory atau ‘teori perambatan keretakan’ merupakan model matematika untuk memprediksi perilaku perambatan retak pada struktur pesawat hingga tingkat atom. Teori ini penting sebab, sebelum Habibie merintis karier di dunia dirgantara, banyak kecelakaan pesawat yang terjadi akibat kegagalan struktural. Penemuan ini membuat Habibie dikenal sebagai Mr. Crack. Selanjutnya, eksistensi Faktor Habibie, Teorema Habibie, serta Metode Habibie menjadi penting dalam dunia fisika, khususnya termodinamika dan aerodinamika.
Tahun 1974, Habibie pulang ke Indonesia untuk mengabdi kepada negara, sejalan dengan program Soeharto untuk industrialisasi dan pengembangan negara. Habibie ditunjuk menjadi Menteri Riset dan Teknologi sekaligus menjabat direktur dari PT. IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara). Di IPTN, selain membangun helikopter dan pesawat militer CN-235, Habibie mengembangkan pesawat penumpang berbaling-baling, N250 Gatotkaca, yang menggunakan teknologi fly-by-wire yang melindungi pilot dari manuver berbahaya. Pada tahun 1995, N250 sukses mengudara dan menjadi bukti bahwa Indonesia dapat ikut terjun dalam dunia manufaktur pesawat global. Namun, krisis moneter 1998 menghentikan produksi pesawat N250.
Tahun 1998, Habibie menjabat Presiden Ri ke-3 menggantikan Soeharto dalam momen bersejarah di Indonesia, Reformasi. Dalam masa kepemimpinannya yang singkat, Habibie membuka kanal kebebasan berbicara dan kebebasan berpolitik bagi publik yang sebelumnya direpresi. Ia juga berperan dalam melakukan stabilisasi ekonomi negara yang porak poranda karena krisis moneter Asia.
Pasca-presidensinya, Habibie masih aktif merespon isu-isu teknologi dan sosial politik Indonesia dengan mendirikan Habibie Center. Habibie Center adalah organisasi independen non-profit yang berfokus pada usaha modernisasi dan demokratisasi di Indonesia. Organisasi ini merupakan think tank yang mengintegrasikan teknologi, demokrasi, budaya, dan keadilan (HAM) sebagai basis strategis menavigasikan kehidupan masyarakat Indonesia. Habibie Center turut berperan pula dalam menelurkan riset dan program serta sumber daya manusia yang menjadi aset penting bagi pemangku kebijakan dalam mengevaluasi perkembangan zaman dalam konteks Indonesia.
Selain berbagai penghargaan tertinggi negara yang didapatkannya, Habibie adalah penerima Order of Merit of the Federal Republic of Germany (1980) dari pemerintah Jerman, Theodor van Karman Award (1992) dari ICAS (International Council of the Aeronautical Sciences), dan “Grand Officier de la Legion d’Honneur” pada 1997 dari pemerintah Prancis.
Seniman : B.J. Habibie
Judul : Retrospektif B.J. Habibie
Tahun : 1960–1990
Medium/Material : Arsip dan model
Dimensi : Bervariasi
Deskripsi :
Alm. Prof. Dr. -Ing. B.J. Habibie adalah ilmuwan yang berperan penting dalam membentuk wacana teknologi di Indonesia. ICAD XI: PUBLIK menghadirkan arsip-arsip yang mewakili Habibie sebagai renaissance-man dunia engineering Indonesia dan bahkan dunia. Karirnya sebagai Kepala Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) yang meliputi sektor-sektor penting dalam pemajuan teknologi Indonesia melahirkan beberapa gagasan yang selain state of the art secara teknologis, juga berwawasan material atau bahan dan teknik yang asli Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari rancangan Jembatan Habibie di Batam yang mengaplikasikan berbagai medium dalam pembangunannya. Rancangan Kantor BPIS yang tidak terwujud dapat menjadi ilustrasi atas sikap visionernya yang tidak hanya penuh kalkulasi tapi juga imajinatif. Ide-idenya yang brilian dilandasi oleh disiplin dan responnya terhadap zaman yang terus bergerak, disertai visinya untuk Indonesia lepas landas.