Teman Perupa ICAD Fluxcup
Menurut pengakuannya, FLUXCUP lahir karena persetubuhan antara kabel LAN dan modem. Pernyataan ini tentu tidak perlu diartikan secara harfiah. Fluxcup lahir karena kegelisahan YUSUF ISMAIL — si pembuat karakter Fluxcup ini — dalam melihat budaya dan fenomena daring; internet dan media sosial kontemporer di Indonesia. Dalam pandangannya, realitas maya yang terdapat di internet dan media sosial itu bisa jadi sama nyatanya dengan kenyataan di dunia fisik yang kita alami sehari-hari. Pergulatan itulah yang menjadi dasar awal karater Fluxcup bisa muncul di dunia maya, dan sering kali menjadi tema yang diangkat dalam karya-karyanya.
Kesadaran Fluxcup yang berada di wilayah daring lalu tetap terbawa ketika melakukan pameran di ranah luring. Fluxcup beberapa kali melakukan pameran luring yang di dalamnya ia mencoba menggabungkan kerja-kerja artistik di ranah daring dan luring. Pameran-pameran tersebut, di antaranya adalah pameran tunggalnya yang berjudul Fluxcup- Spectaculum Frustra di MES 56 di tahun 2015 yang dikuratori oleh Yusuf Ismail, si pembuat karakter Fluxcup sendiri. Ia juga pernah terlibat di OK-Video — MuVi Party 2016: dia mengintervensi dan merespon budaya populer, tidak hanya di Indonesia, tapi juga fenomena budaya populer global. Tahun 2019, Fluxcup sempat melakukan aksi seni performans yang mengintervensi karya Yusuf Ismail yang di pamerkan di Lawangwangi Creative Art Space, Bandung dalam pameran Bandung Contemporary Art Award (BaCAA) 2019. Dalam pameran tersebut, Fluxcup menghancurkan karya-karya yang diciptakan Yusuf Ismail yang berbentuk multimedia maupun grafis dengan alat-alat seperti pemukul baseball.
Keberadaan Fluxcup tidak akan hadir tanpa adanya anonimitas maya dan kesementaraan fisikal. Kehadirannya menjadi penting karena kerja kekaryaan Fluxcup memberikan semacam cermin bagi pengguna dunia maya dan penikmat seni di Indonesia, karena apa yang diciptakannya dan dibuatnya adalah bentuk representasi dari budaya populer yang sudah diserapnya dan lalu dihadirkan kembali ke ranah publik dalam bentuk yang berbeda dan memiliki subjektivitas seni. Eksistensinya melampaui otoritas medium, baik maya maupun fisik.
Seniman : Fluxcup
Judul : NFT (No Fluxcup Today)
Tahun : 2021
Medium/Material : Mixed (tv, merchandise object)
Dimensi : Varied
Deskripsi :
Produk gagal industri hiburan era informatika adalah sebuah produk yang gagal dalam industri hiburan di era informatika
Sebuah tv memamerkan video dokumentasi performance Fluxcup yang pernah dilakukannya di berbagai tempat. Performance ini menunjukan eksistensi Fluxcup di luar dari garis batas wilayah virtual, sehingga menjadikannya nyata, yaitu di ruang pameran. Selain itu, juga terdapat berbagai benda yang bisa diperjualbelikan dengan identitas Fluxcup terikat di dalamnya, umum kita sebut sebagai merchandise. Ini adalah simulasi bagaimana seniman mampu menciptakan identitas dirinya dalam spektrum seni, tapi di sisi lain, seniman juga mampu mengkapitalisasi identitas tersebut. Sebuah praktik yang umum dalam medan seni rupa kontemporer. Terlebih, saat ini sedang marak fenomena seni berbasis Kripto, di mana Fluxcup sendiri menjadi salah satu entitas yang ada di dalamnya. Bila sistem NFT (Non-Fungable Token) adalah sebuah capaian baru dalam perkembangan seni kontemporer khususnya seni digital, maka NFT (No Fluxcup Today) adalah cermin dari produk gagal Industri hiburan era informatika.