Terkait Penamaan Cirebon Serta Menimbang Julukannya Sebagai Kota Udang

Tanamtumbuh Media
3 min readNov 30, 2021

--

Sumber: Kompasiana

Oleh: Silvester Alvin Basundara

Letaknya yang strategis, berada di pantai utara Pulau Jawa, menjadikan Kota Cirebon pada masa lalu menjadi akses bagi masuknya jalur perdagangan.

Selain berada di sisi utara pantai Pulau Jawa, posisinya yang menjadi penghubung antara jawa bagian barat dengan jawa sisi tengah maupun timur, berdampak pada banyaknya dikunjungi oleh para pedagang, tak hanya pedagang nusantara, pedagang dari Arab dan Cina juga turut serta melakukan perjalanan jauh untuk mencari peruntungan di Pulau Jawa.

Banyaknya ragam jenis suku dan etnis yang berdatangan, menimbulkan akulturasi budaya terhadap budaya lokal. Mulai dari Jawa, Sunda, Melayu, Arab serta Cina membaur dengan masyarakat lokal yang sudah terlebih dahulu hidup dan tinggal.

Menurut kompas.com, hal tersebut juga menjadi salah satu unsur atau faktor penamaan Cirebon itu sendiri.

Dalam naskah Babad Tanah Sunda dan Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, asal-usul nama Cirebon berasal dari kata sarumban.

Pada masa itu, diceritakan bahwa Ki Gedeng Tapa merupakan pelopor pembangunan sebuah dukuh yang menjadi cikal bakal Cirebon.

Seiring berjalannya waktu, Cirebon berkembang menjadi sebuah desa yang ramai dan diberi nama Caruban.

Alasan dinamakan dengan nama Caruban karena terjadi percampuran atau akulturasi dari berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat, latar belakang serta mata pencaharian yang beragam.

Nama Caruban sendiri memiliki arti “campuran” atau “bersatu padu.”

Lama-kelamaan, pelafalan nama Caruban mengalami perubahan menjadi Carbon, dan berubah lagi menjadi Cerbon.

Tak hanya makna keragaman yang dimiliki dari Cirebon, akan tetapi versi lain menyebutkan bahwa nama Cirebon berdasarkan salah satu pekerjaan yang menjadi dominasi serta sudah ada sebelum banyaknya pekerjaan yang berkembang.

Pekerjaan tersebut adalah nelayan, karena memiliki garis pantai, kebanyakan masyarakatnya bekerja menangkap ikan atau udang rebon.

Udang rebon tersebut diolah untuk selanjutnya menjadi terasi, air bekas terasi tersebut yang menjadi dasar penamaan Cirebon, yaitu ‘Cai’ (cair) dan ‘Rebon’ (udang), yang akhirnya berkembang menjadi Cirebon hingga saat ini.

Dari latar belakang penamaan Cirebon diatas, menginisiasi julukan Cirebon sebagai kota udang, sehingga, tak sulit menemui ornamen ataupun lambang udang di institusi pemerintahan Kota Cirebon.

Disebut sebagai kota udang karena kota ini sebagai salah satu daerah penghasil udang yang cukup diperhitungkan keberadaannya.

Meski dijuluki sebagai kota udang, namun julukan tersebut tampaknya kontras dengan kondisinya sekarang, banyak kalangan menilai bahwa julukan tersebut dinilai sudah tidak tepat dan sudah usang, lantaran kini sentra dan industri udang di Cirebon sudah tidak ada lagi, pendapat tersebut dilontarkan oleh Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat selaku Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan.

Sudah sepatutnya julukan suatu kota harus dijadikan sebuah kebanggan tersendiri oleh warganya, sehingga julukan atau sebutan tersebut tidak hanya sekedar slogan untuk promosi pariwisata saja.

Dari kasus di atas, hilangnya sentra dan industri udang patut dikembalikan lagi, pasalnya hal ini menyangkut nilai sejarah dan filosofis Kota Cirebon itu sendiri.

Terlepas dari kontroversi julukan kota udang yang disandang Kota Cirebon, terdapat pelajaran penting bahwa mempertahankan sesuatu tidaklah mudah.

Cirebon dahulu identik sebagai kota dengan sentra udangnya, namun lama-kelamaan terkikis oleh zaman, peran pemerintah dan elemen lainnya tidak bisa saling menyalahkan dan harus adanya sinergitas yang terjalin satu sama lain.

Meski julukan kota ini sudah tidak seperti dulu lagi, namun makna nama dari Kota Cirebon sebagai ‘campuran’ atau ‘bersatu padu,’ akan keragaman yang dimiliki sudah sewajarnya harus tetap dijaga dan dipertahankan, jangan sampai memiliki kesamaan nasib dengan julukannya yang hanya menjadi slogan semata dan tampak usang tidak sesuai realitanya.

--

--

Tanamtumbuh Media
Tanamtumbuh Media

Written by Tanamtumbuh Media

Sebuah Publikasi Seni & Desain Secara Massal.

No responses yet