Tolong Beritahu Saya Bagaimana Rasa Nikmatnya Bersetubuh
Oleh: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Selama 21 tahun saya hidup, perbincangan mengenai bersetubuh ini menjadi salah satu obrolan yang sering nyelip di tongkrongan. Ada yang cerita soal pengalamannya, lah, ada juga yang cerita untuk sekedar berbagai tips dan trik saat melakukan aktivitas tubuh ketemu tubuh itu.
Sedangkan saya sebagai seseorang yang belum ada pengalaman di situ, otomatis langsung berubah menjadi pendengar sekaligus penyimak yang baik. Siapa tau hasil pembicaraan ini bisa saya serap intisarinya dan bisa diterapkan di masa yang akan datang. Lumayan, kan?
Tapi kadang, pembicaraan soal ini juga bisa membuatku tak habis pikir. Biasanya, sih, cerita-cerita yang menyebutkan kalau mereka ini bisa sampe berkali-kali melakukannya. Kalo dari hasil pengamatan di kolom komentar akun @overheardfwb, biasanya mereka sebut dengan sebutan bermain banyak ronde. Eh, buset. Itu lagi kenthu apa lagi tanding tinju?
Pokoknya, ya, dari banyak obrolan soal itu, akhirnya saya makin penasaran dan akhirnya tercetus sebuah pemikiran bahwa saya setidaknya bisa tahu rasanya sebelum umur saya menginjak kepala dua.
Beberapa hari setelahnya, saya menyesal! Kenapa coba bisa-bisanya kepikiran kyk gitu? Kalo mau gitu-gitu, ya nanti saja karo bojomu! Tentunya kelak saat sudah berumah tangga nanti. “Tapi, entar tetap kepikiran, loh. Coba saja cari layanan yang menyediakannya. Di internet sudah banyak, loh.” Hadeh. Ini rasa penasaran kalau bisa diibaratkan lagi masak air, tekonya udah bunyi kenceng banget.
Jujur saja, saya sempat mempertimbangkan untuk mencari-cari di medsos mengenai layanan seperti itu. Ditambah, keluguan ini mengantarkan saya ke Google untuk mencari cara dan langkah-langkah untuk bisa memesan layanan tersebut. Dikira ini lagi cari resep, kali? Ampun, deh.
Saking penasarannya, saya jadi tidak segan untuk langsung bertanya ke teman saya yang sudah berpengalaman. Rata-rata mereka pada ngelakuinnya sama pacarnya. Ya, ga heran, sih. Kata mereka lagi, buat pertama kali memang betul mending sama pasangan masing-masing agar…. Agar apa, ya? Pokoknya kalau bisa jangan sampe minta para penyedia layanan itu ngajarin kamu, deh! Yang ada hanya buang-buang duit.
Beberapa jam sebelum umur saya berganti, saya sempat menyinggung soal ini ke teman saya. Tentunya tidak secara lancang mengatakan kalau saya ingin mencoba bersetubuh sebelum umur saya berkepala dua. Singkat cerita, satu bubble chat dari dia yang cukup menampar saya adalah, “Emangnya harus banget sekarang? Santai aja kali. Nikmatin aja, Nanti juga kalo udah waktunya, bisa juga ngerasain, kan?”
Plak! Pipi saya rasanya tertampar keras dengan penggalan kalimat itu. Setelah saya pikir-pikir, saya memang cukup gegabah soal ini. Kalau dipikir lagi, benar juga. Ngapain, ya, harus buru-buru bisa ngerasain. Lagipula, pastinya hanya kesenangan sesaat yang muncul. Setidaknya itu yang saya pikir sampai sekarang.
Tidak perlu gegabah sampai harus menyisihkan tabungan untuk memakai jasa pemuas di luar sana. Dari cerita teman saya (lagi), banyak yang akhirnya ketagihan dan ujung-ujungnya pasti kurang mengenakkan. Waktunya tentu pasti akan datang. Entah kapan itu, saya hanya bisa menunggu. Kalau nanti ternyata datang saat sudah berumah tangga, malah lebih bagus, bukan?